Body & Mind
Mengenali Proses Pembentukan Tulang dalam Tubuh
Tulang merupakan salah satu organ tubuh yang berperan penting dalam sistem gerak manusia. Saat baru lahir, sistem gerak tersebut terdiri dari tulang rawan yang berubah menjadi tulang keras seiring bertambahnya usia.
Ketika masih dalam kandungan, sistem rangka tersusun dari tulang rawan. Namun, setelah lahir, proses pembentukan tulang keras baru dimulai. Proses ini akan terjadi secara berkelanjutan semasa hidup. Jumlah tulang lunak pun akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.
Tulang dalam tubuh juga akan mulai menua dan rapuh saat memasuki usia lanjut. Lantas bagaimana proses pembentukan tulang? Apa yang perlu Anda lakukan untuk menjaga tulang tetap kokoh meskipun sudah memasuki usia lanjut?
Proses Pembentukan Tulang
Proses terbentuknya tulang dikenal juga dengan istilah osteogenesis atau osifikasi. Proses osifikasi terjadi karena peranan sel pembentuk tulang yang dikenal dengan istilah sel osteoblas. Selain sel osteoblas, ada juga sel osteosit atau sel tulang dewasa dan sel osteoklas yang memiliki fungsi untuk memecah sekaligus menyerap kembali tulang-tulang yang rusak. Osifikasi atau proses pembentukan tulang sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral.
● Osifikasi Intramembran
Proses pembentukan tulang ini terbilang jarang terjadi. Hal ini disebabkan karena pembentukan tulang jenis intramembran hanya terjadi pada tulang tengkorak yang rata, seperti parietal, sebagian tulang maxilla, dan sebagian tulang temporal. Tulang yang terbentuk dari proses ini kemudian diendapkan di antara dua membran berserat.
Sayangnya proses pembentukan ini menjadi penyebab tulang mudah keropos bila dibandingkan dengan tulang yang diproses melalui pembentukan jenis lainnya. Ada empat tahap dalam proses pembentukan tulang tipe osifikasi intramembran. Di antaranya:
1. Pembentukan Pusat Osifikasi
Dalam tahap pembentukan pusat osifikasi, sel induk yang berada dalam mesenkim dibedakan menjadi sel-sel osteoblas. Nantinya sel-sel tersebut akan membentuk pusat osifikasi.
2. Pembentukan Matriks
Di tahap ini, sel osteoblas memproduksi serat berupa protein yang membentuk osteoid atau matriks tulang. Kemudian osteoid akan tercampur bersama kalsium untuk membentuk tulang berkalsium. Tulang berkalsium ini nantinya akan menyerap sel-sel osteoblas yang berubah bentuknya menjadi osteosit.
3. Periosteum dan Weaving
Di tahapan selanjutnya, osteoid akan diletakan secara acak di sekitar pembuluh darah secara terus-menerus. Lalu struktur yang dikenal dengan nama trabeculae terbentuk di sekitar pembuluh darah dan ditemukan pori-pori di lokasi pembuluh darah. Dari situlah terbentuk jenis tulang spongiosa. Nantinya pembuluh darah yang berada di luar tulang spongiosa akan menjadi padat dan berubah bentuk menjadi periosteum.
4. Pembentukan Tulang Keras
Dalam tahap ini terjadi proses pembentukan tulang keras dengan tipe osifikasi intramembran. Proses ini terjadi ketika trabeculae menebal di dalam tulang spongiosa dan sel-sel osteoblas yang berada di sekelilingnya akan terus membentuk osteoid. Karena proses inilah osteoid akan mengeras hingga membentuk tulang keras di sekitar tulang spongiosa. Selama tahap ini berlangsung, sumsum tulang merah akan bermunculan pada lokasi pembuluh darah di rongga-rongga spongiosa.
Itulah empat proses pembentukan tulang jenis osifikasi intramembran. Berikutnya, ada proses pembentukan tulang lain dengan jenis osifikasi endokondral.
● Osifikasi Endokondral
Seer Training Module oleh National Cancer Institute menjelaskan bahwa proses pembentukan tulang dengan tipe osifikasi endokondral meliputi penggantian model tulang rawan dengan tulang biasa. Proses ini umumnya terjadi pada tulang panjang seperti tulang tungkai.
Kebanyakan tulang pada rangka tubuh manusia terbentuk melalui proses osifikasi endokondral. Maka dari itu, tulang yang melalui proses pembentukan ini dikenal juga dengan nama tulang endokondral. Dalam prosesnya, tulang akan terbentuk dari model tulang lunak hialin.
Perikondrium yang berada di sekitar model tulang rawan hialin terinfiltrasi dengan pembuluh darah dan osteoblas selama tiga bulan setelah pembuahan. Sel osteoblas nantinya membentuk bone collar pada tulang keras di sekitar diafisis.
Di waktu yang bersamaan, tulang rawan di tengah diafisis perlahan mulai hancur. Lalu osteoblas menembus tulang rawan yang hancur dan menggantinya dengan tulang spongiosa. Dari proses di atas, terbentuklah pusat osifikasi primer yang akan berlanjut menuju ke ujung tulang.
Setelah tulang spongiosa terbentuk di diafisis, sel-sel osteoklas akan memecah tulang yang baru terbentuk untuk membuka rongga medular. Dalam proses pembentukan tulang berjenis osifikasi endokondral, ada lima tahap yang perlu dilalui. Berikut ini langkah-langkahnya:
1. Pembentukan Periosteum Collar
Di tahap pertama, periosteum terbentuk di sekitar tulang rawan hialin. Di tahap ini juga sel osteogenik dibedakan menjadi osteoblas yang akan mengeluarkan cairan serat berbentuk protein di luar tulang rawan yang disebut osteoid. Dari tahapan ini terbentuklah bone collar di bagian luar tulang rawan.
2. Pembentukan Rongga
Setelah bone collar terbentuk, tulang rawan yang menjadi pusat akan mengalami proses pembentukan tulang atau osifikasi. Tulang rawan yang menjadi pusat dikenal juga dengan pusat osifikasi utama. Proses pengerasan tulang yang terjadi akan menyebabkan bagian dalam dari tulang rawan tidak dapat ditembus oleh difusi nutrisi. Akibatnya, bagian dalam dari tulang rawan akan memburuk dan rongga-rongga akan mulai terbentuk.
3. Invasi Vaskular
Di tahap ini pembuluh darah yang berada dalam periosteum akan melewati tulang keras dari bone collar. Kemudian pembuluh darah tersebut juga akan memasuki rongga dalam tulang rawan yang dikenal dengan istilah foramen nutrisi. Komponen lain juga bisa masuk melalui foramen nutrisi seperti limfatik, osteoblas, saraf, nutrisi dan osteoklas. Untuk tulang rawan yang tersisa dalam tahap ini akan dipecah oleh osteoblas dan osteoklas hingga mengeluarkan tulang spongiosa atau trabeculae.
4. Elongasi
Poros tulang akan memanjang ketika osteoklas, pembuluh darah, dan osteosit menyerang tulang sehingga membentuk rongga meduler. Dalam tahap ini juga diafisis memanjang secara perlahan selama proses perkembangan embrio. Kemudian pembuluh darah berkembang ke tulang rawan hialin di ujung (epifisis) tulang panjang hingga membentuk pusat osifikasi sekunder.
5. Osifikasi Epifisis
Tahapan ini serupa dengan invasi vascular. Yang membedakan adalah proses ini membentuk tulang spongiosa, bukan tulang keras. Dari proses ini, piringan epifisis dan tulang rawan artikular yang masih tersisa dari model tulang rawan hialin yang asli.
Melalui tahapan-tahapan di atas, proses pembentukan tulang dengan tipe osifikasi endokondral mulai terbentuk. Namun, selain memahami proses pembentukan tulang, Anda juga perlu mengetahui bagaimana proses pertumbuhannya pada manusia. Umumnya proses pembentukan tulang terjadi pada setiap janin hasil pembuahan.
Tulang akan terus tumbuh dan berkembang saat masih bayi hingga masa awal dewasa atau sekitar usia 20 tahun. Di usia tersebut, tulang akan berhenti tumbuh kecuali ketebalan atau diameternya. Tulang juga akan tetap tumbuh dan berkembang dengan sendirinya bila terjadi kerusakan seperti patah tulang.
Proses Pertumbuhan Tulang Manusia
Proses pertumbuhan tulang hampir sama dengan proses perkembangan tulang berjenis osifikasi endokondral. Tulang rawan yang terletak pada piringan epifisis terus tumbuh secara mitosis, sedangkan kondrosit yang terletak di samping diafisis akan menua dan mengalami kerusakan.
Selanjutnya, dalam proses pertumbuhan tulang manusia, sel osteoblas bergerak dan menimbulkan osifikasi atau pengerasan matriks untuk membentuk tulang. Hal ini akan berlangsung dari masa anak-anak hingga remaja dan pertumbuhan tulang rawan melambat sampai akhirnya berhenti.
Ketika pertumbuhan tulang rawan berhenti di usia 20-an, lempeng epifisis akan mengeras total dan menyisakan garis epifisis tipis serta tulang yang tidak lagi tumbuh atau memanjang. Selain itu, proses pertumbuhan tulang juga dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitary anterior dan hormon seks yang berasal dari ovarium dan testis.
Pentingnya Mengetahui Proses Pembentukan Tulang
Masa anak-anak dan remaja menjadi masa paling optimal untuk pertumbuhan tulang. Mengetahui proses pembentukan tulang dan pertumbuhannya sangatlah penting untuk memahami bagaimana organ tubuh tersebut berkembang hingga berperan penting dalam sistem gerak manusia.
Sama halnya seperti sendi dan otot, tulang pun perlu dijaga kesehatannya untuk mencegah berbagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu gerak tubuh. Terlebih ketika memasuki usia lanjut, organ tubuh tidak lagi memiliki kondisi prima seperti di masa muda. Orang dewasa membutuhkan asupan tambahan untuk mendukung pembentukan tulang yang padat dan terhindar dari keropos ketika usia semakin bertambah.
Pertumbuhan kepadatan atau massa tulang akan mencapai puncaknya ketika Anda berusia 30-an. Di usia tersebut, Anda berisiko mengalami kondisi kepadatan tulang yang tidak mencukupi. Bila terjadi, Anda akan rentan mengalami tulang yang patah dan rapuh.
Terlepas dari usia Anda saat ini, menjaga kesehatan tulang perlu diperhatikan dengan memberikan asupan nutrisi baik untuk tubuh sekaligus menerapkan gaya hidup sehat. Anda pun perlu memberikan nutrisi yang baik untuk si buah hati guna mendukung proses pembentukan tulang dan pertumbuhannya.
Berikut ini ada beberapa nutrisi penting yang dapat mendukung proses pembentukan tulang dilansir dari Healthline:
● Sayuran dan Buah
Sayuran hijau dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C sehingga dapat merangsang produksi sel pembentuk tulang. Selain itu, vitamin C alami dari buah dan sayuran juga dapat mencegah sel-sel tulang rusak bagi orang dewasa.
Tim peneliti dari Departemen Kedokteran Keluarga dari Medical University of South Carolina, Amerika Serikat mengungkap bahwa orang dewasa di usia 50-an perlu rutin mengonsumsi kol, brokoli, peterseli, dan jenis sayuran hijau lainnya untuk mengurangi risiko tulang rapuh.
● Protein
Nutrisi penting untuk mengoptimalkan proses perkembangan tulang dan pertumbuhannya. Selain itu, protein juga dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang karena 50% tulang terbentuk dari protein.
● Kalsium
Jenis mineral penting yang berperan dalam pertumbuhan tulang. Kalsium akan mudah diserap tubuh bila dibarengi dengan mengonsumsi protein. Sejumlah makanan yang mengandung tinggi kalsium di antaranya sawi hijau, kale, okra, sarden, kacang-kacangan, tongkol, dan pakcoy.
● Vitamin D dan K
Berperan penting dalam penyerapan kalsium di tubuh. Kekurangan vitamin D selama masa pertumbuhan akan menyebabkan kepadatan tulang yang lebih rendah. Paparan sinar matahari pagi mengandung vitamin D yang baik untuk tubuh. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi hati, ikan berlemak, dan keju.
Memberikan asupan nutrisi yang cukup untuk tubuh tentunya berperan dalam proses pembentukan tulang sekaligus menjaga kepadatannya agar terhindar dari masalah kesehatan. Selain memberikan tubuh asupan nutrisi di atas, Anda pun bisa menjaga kesehatan tulang dengan minum Anlene Actifit setiap hari.
Anlene Actifit yang mengandung kalsium 2 kali lebih banyak daripada susu biasa, sehingga dapat membantu memelihara kesehatan dan kekuatan tulang. Tidak hanya itu, Anlene Actifit juga mengandung 330 mg kolagen dan juga 5000 mg. Kedua nutrisi tersebut dibutuhkan untuk merawat kesehatan tulang, otot, dan juga sendi.
Selain itu, Anlene Actifit juga sudah diformulasikan secara khusus dengan formula movemax yang dapat membuat tubuh Anda tetap aktif bergerak tanpa khawatir merasa cepat lelah. Buat Anda yang super sibuk, Anlene Actifit juga hadir dalam kemasan siap minum yang praktis dan tentunya tetap kaya manfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tulang, sendi, dan otot. Minum Anlene Actifit dua kali sehari, setiap hari, dan rasakan manfaatnya bagi tulang, otot dan sendi untuk mendukung kesehatan tubuh Anda.